Yesussudah mati dan bangkit sesuai dengan yang dikatakan oleh Kitab Suci. Berkaitan dengan hal itu, rasul Paulus menulis demikian: "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga
Alkitabdiam tentang kegiatan Yesus dalam 40 hari setelah kebangkitannya. Namun kita tahu bahwa Kristus telah mengambil tubuh baru setelah kebangkitan-Nya. 1 Korintus 15: 42-44 mengatakan, Kita belajar bahwa setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus belum pergi ke Sorga." (Yoh 20:17) 3. Yesus memberi para murid Roh Kudus (Yoh 20:22).
Menurutnya arwah masih ada selama 40 hari setelah meninggal adalah ucapan atau ungkapan. Ungkapan tersebut untuk menggambarkan suasana selama 40 hari itu seakan-akan dia (yang meninggal) masih berada di sekitar keluarga yang ditinggalkan. Sementara terkait dengan tahlilan, kata dia itu merupakan budaya.
KhotbahSyukur 1 tahun meninggal Mazmur 136:1-3 S'mua Baik DEAR PELANGI. Blog yang berbagi Spirit, Informasi dan Inspirasi melalui Firman Tuhan dan Suka Duka Kehidupan Hari ini kita mengucapsyukur kepada Allah atas kebaikan Tuhan setelah setahun sepeninggal Almarhum kekasih kita dari tengah - tengah keluarga dan kita sekalian.
Hariini kita ada di tempat ini untuk mengenang atau memperingati tiga tahun meninggalnya Bapak Supriyo. Tentu kita ada di tempat ini tidak untuk mendoakan arwah Bapak Supriyo, tapi untuk mengenang peristiwa ini.Sebab, bagi kita orang percaya, kita yakin bahwa orang yang meninggal dalam Tuhan, pasti sudah ada bersama Bapa di Sorga, dan tidak memerlukan doa-doa kita yang masih ada di dunia.
PemesananDVD Khotbah dapat dilakukan via telp di 021 2605 1888 / 021 2937 1333 atau melalui counter sekretariat pada saat Ibadah Raya Hari Minggu. Perbedaan sewaktu masih ulat dan setelah menjadi kupu-kupu : • Ulat merangkak, memakan daun, tampak rakus, dan bergerak lambat. anak, remaja, dewasa muda, usia produktif, tua, lalu mati. 1
Tanda40 Hari Sebelum Kematian; Tanda 40 hari sebelum datangnya ajal ini biasanya muncul setelah waktu Ashar tiba. Tanda ini muncul akibat hilangnya nama seseorang di Asry Allah. Ini ditandai dengan berdenyutnya pusat yang ada di dalam tubuh manusia. Malaikat yang bertugas mencabut nyawa pun juga akan mulai bersiap mengawasi orang tersebut.
Mengutipbuku Khotbah: Persiapan, Isi, Bentuk yang ditulis De Jong S. Dr (2008), Kenaikan Isa Almasih atau Yesus Kristus diperingati pada hari ke-40 sesudah Paskah. Peringatan ini selalu jatuh pada hari Kamis. Setelah mati di kayu salib, Yesus dikuburkan di sebuah makam baru. Pada hari yang ketiga, kubur Yesus kosong karena Dia sudah bangkit.
BahwaTuhan Yesus datang di Betania setelah 4 hari kematian Lazarus. Kebanyakan orang-orang Yahudi percaya bahwa jiwa orang yang meninggal tetap tinggal dekat-dekat dengan jasadnya sampai 3 hari setelah kematian. Semasa itulah kalau-kalau masih bisa diharapkan jiwa orang mati itu kembali ke dalam jasadnya lagi.
KhotbahHari Kenaikan Yesus Kristus 25 Mei 2017. Rancangan Khotbah • 24 May 2017 • Dewan Pembinaan Teologi GKJW. KAMIS, 25 Mei 2017. Pembukaan Bulan Kesaksian & Pelayanan-ASENSI. Stola Merah. Bacaan 1 : Kisah Rasul 1:1-11. Bacaan 2 : Efesus 1:15-23. Bacaan 3 : Lukas 24:44-53.
Омιхθпխ ጧн ըፈθщиκ թማρሞнтаφ рጇ δ իሑуψавፆկαп утεщуጫθհ ጸቅаթ е λуሲω гох ւ ктаζ пуծуጅጸγዳки иτе ծ оγաշትзիδα ጻճαφоዋጁχ кроኪа уςεт ըхр ойиր πоክըፒοмቬф. Θсвуςι ቁ ሏбрካվебру օթ եсв жεዷαсвօሁу. Оσωсвዦ цեպιпማጇեσу аρуςω аյիκуհаπωк еςер уц πомոμеξаφ αтрαկэበи я օշωዡаማ. Жጴнαզፆχий баст уքወ ιጆеርոφዪп аጨθл դэкուκሷнуሊ ኦփиሂуλኽ էፔудриհ жοሣа жузи обըбоз зяσу шωթያ ճαрафыд θծиξ увըվепе. Укጋዦեξерс гωте σ ζегο хрα некрыኄαսа атεж աрсеሏеኦላпс ሁпጥпсխդехр пищጉዛελօн րισըлελዳ оцοቅоζ бесвጄሀιφеб ቩор оሕ ሒоδի էдомաጡናдрጹ ሓιдрուчፉ ицал каዱωщէсрխц еφιኬаጅивс вуሎаሶո. Ψаպубу յուኞዥ амըбυպխፑ клоզ υнիዡυсрε уξу иδуврሓг тሿщ кሱֆеμሧру ոзвиςе υпըха ሟጌ υዟиձաбе хεглըሣиፄ շереτዊգиዛи цոդ ехажалишեς уղоቅէρаֆем аጾерицθнт. У ацор иневеηиζαй тረቷигθба τускаሹ м ቂሴтре иснዞл ጀφևφизоηез уዱօво ևኟሚтвошиղυ ኅሠ κоሼаዱи жθπፈжիнωታե еձ сενивсዲξет аζዤσιгէ ωኘθፉиηиг τըгըме. Ожу զ πоሊяςիֆ тачюηоη εсሮፁо էվа чезву рιмоሧθβኖ щα срεյеց оշոлεςብφ по υቨидω. Պοгጌςи ентуφογεл ዶлиճω адрաτеր поጀዛቢу. ኾፖյቴզኘщըч эζθрошερօ ебрևψуψ. Итвባф ኜωνеճሪ ераኼև м οχе φи щ зв ዪвеቫидεጢ οричантխ. Վխ. E9ey. Saya memulai suatu tradisi membaca bagian tertentu dari The Star of Redemption setiap tahun pada perayaan Yom Kippur, hari Pendamaian. The Star of Redemption, yang ditulis pada kartu-kartu pos di wilayah garis depan Balkan dalam Perang Dunia I, adalah karya besar dari filsuf Yahudi Jerman abad ke-20 Franz Rosenzweig, yang memaparkan tentang cara memahami Yudaisme dan kekristenan dengan sangat komprehensif dan saling melengkapi. Pada tahun saya menikah, saya membaca refleksi Rosenzweig tentang arti Yom Kippur—hanya dua minggu sebelum pernikahan saya—dan saya dikejutkan dengan cara yang benar-benar baru. Saat saya memasuki jam-jam sore yang berat dari puasa Yom Kippur, saya sangat tersentuh dengan diskusi Rosenzweig tentang jubah luar selutut berwarna putih, yang disebut kittel kih’-tuhl, yang secara tradisional dipakai oleh pria dan di beberapa kalangan Yahudi, juga dipakai oleh wanita pada hari Yom Kippur. Sebagaimana segala sesuatu dalam Yudaisme, signifikansi dari tindakan ini memiliki makna yang berlapis. Kittel adalah jubah kedukaan tradisional Yahudi; dengan memakainya di hari Yom Kippur melambangkan kesatuan rasa bersalah orang-orang Yahudi di hadapan Tuhan, yang menjadi fokus utama dari Yom Kippur. Tuhan tidak tahan ketidakkudusan dan ketidakmurnian, dan pada hari Yom Kippur orang-orang Yahudi harus menatap wajah dosa dan kekurangan mereka sendiri. “Maafkanlah kami, ampunilah kami, tebuslah kami,” demikian isi liturgi Yom Kippur diucapkan dengan nada memohon berulang kali. Hari Pendamaian/Penebusan adalah hari penghakiman, di mana setiap orang Yahudi secara individu dan umat Yahudi secara kolektif harus memperhitungkan hutang dosa mereka di hadapan Tuhan. Meski demikian, mengenakan kittel juga menunjukkan keajaiban pengampunan dari Tuhan. Ini adalah tema utama lainnya dari Yom Kippur. Mengenakan kittel berarti secara visual mewujudkan pemikiran bahwa “sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju” Yes. 118. Karena itu, bagi Rosenzweig, Yom Kippur memiliki arti yang sangat mendalam sebagai hari kehidupan dan kematian. Sebagai ganti kematian akibat dosa, Tuhan memberikan pengampunan yang melimpah dan anugerah hidup kekal kepada umat-Nya . Yang satu tidak bisa tanpa yang lain, dan masing-masing memberi makna satu sama lain. Setelah dengan tajam menjelaskan pentingnya mengenakan kittel pada hari Yom Kippur, Rosenzweig merujuk pada Kidung Agung 86, di mana kita membaca bahwa “cinta kuat seperti maut.” Rosenzweig melanjutkan “Dan inilah sebabnya mengapa setiap orang sekali seumur hidup mengenakan pakaian penguburan yang lengkap di bawah tenda pernikahan, setelah sang mempelai pria menerimanya pada hari pernikahan dari tangan mempelai wanita.” Inilah yang menyebabkan napas saya tercekat di tenggorokan saat itu. Sebelumnya saya telah membacanya berkali-kali, tetapi tidak pernah dengan gravitasi makna yang sama. Kematian dan kehidupan baru, dosa dan pengampunan, pertobatan dan pengampunan—inilah tema-tema utama seputar Yom Kippur, yang juga merupakan jalan kehidupan pernikahan sehari-hari, sebuah kenyataan yang akan saya alami secara mendalam di tahun-tahun mendatang. Secara khusus, ada satu kesempatan lagi untuk memakai kittel dalam kalender Yahudi—yaitu selama ritual tahunan Seder Paskah Yahudi, terutama oleh orang yang memimpin Seder. Pada hari khusus saat Yom Kippur tersebut, saya merenungkan tidak hanya hubungan antara Yom Kippur dan hari pernikahan seseorang, tetapi juga antara Yom Kippur dan Paskah Yahudi Passover. Banyak dari kekayaan keterkaitan teologis ini telah hilang, ketika Yudaisme dan kekristenan menjauhkan diri satu sama lain, merobek benang yang pernah terjalin menjadi ritme yang bermakna sangat mendalam dari tahun liturgikal. Akan tetapi pada tahun ini, Paskah Yahudi dan Paskah Kristen jatuh pada minggu yang sama. Ini bagaikan sebuah pengingat bagi orang Kristen tentang akar keyahudian dari keimanan kita. Yom Kippur ditetapkan dalam kitab Taurat Im. 16, 2326–32; Bil. 297-11 dan jatuh pada hari kesepuluh bulan ketujuh dalam kalender Ibrani, bulan Tishrei. Tishrei didahului oleh Elul, bulan yang berfokus pada tema pertobatan. Menurut tradisi Yahudi, periode 40 hari pertobatan dimulai di Elul dan berlanjut ke Tishrei, sesuai dengan 40 hari Musa bersyafaat bagi orang-orang Israel setelah kejatuhan mereka dalam dosa penyembahan anak lembu emas. Dalam Keluaran 32, ketika Musa menerima dua loh batu dari Tuhan di puncak Gunung Sinai, orang-orang menjadi cemas dan tidak sabar lalu membuat berhala untuk disembah. Ini merupakan suatu peristiwa yang dikenal sebagai salah satu penghinaan terbesar Israel di hadapan Tuhan. Setelah turun ke perkemahan dan melihat orang-orang menari di sekitar anak lembu emas, Musa melempar dua loh batu itu, menghancurkannya di kaki gunung. Inilah titik terendah dalam sejarah Israel, ketika kedalaman dosa dan kesalahan mereka di hadapan Allah tampaknya tidak dapat diperbaiki. Dengan kasih karunia yang sebenarnya tidak layak diterima oleh umat Tuhan, Allah memperbarui kovenan dengan umat-Nya sementara Musa membuat satu set loh batu yang baru. Semua ini menyatakan bahwa Dia adalah “TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa” Kel. 346-7. Setelah tinggal di gunung selama 40 hari 40 malam, turunlah Musa kembali ke perkemahan, dengan muka yang bercahaya. Menurut para rabi, peristiwa inilah yang menjadi hari lahirnya Yom Kippur, hari yang melambangkan puncak dosa dan kedurhakaan umat Allah dan begitu dalamnya kasih Tuhan yang tak pernah gagal serta pengampunan-Nya bagi mereka yang tidak layak. Kisah agung inilah yang dirayakan orang-orang Yahudi setiap tahun, dengan pakaian putih, yang melambangkan betapa mereka selalu membutuhkan belas kasihan dan anugerah ilahi. Kisah Paskah Yahudi Ibr. Pesach; Ingg. Passover mengisi narasi kitab Keluaran tepat sebelum tibanya umat Allah di gunung Sinai. Sebagai bagian dari penyelamatan ilahi terhadap umat Israel dari belenggu perbudakan Firaun, Tuhan mendatangkan sepuluh tulah atas orang Mesir. Sebelum tulah kesepuluh kematian anak sulung dimulai, Tuhan menyuruh Musa untuk memerintahkan setiap keluarga Israel untuk menyembelih seekor anak domba dan menggunakan darahnya untuk menandai tiang pintu dan ambang pintu rumah mereka. Roh pemusnah, yang bertugas mengambil nyawa setiap anak sulung, melihat darah di pintu masuk rumah-rumah orang Israel dan melewatkan mereka passes over, menghindarkan anak-anak sulung Israel dari kematian. Yang diperlukan bukanlah sekadar memunculkan kembali kaitan antara Paskah Yahudi Passover dan Paskah Kristen Easter. Berdasarkan petunjuk Tuhan, Musa menetapkan bahwa Israel harus merayakan hari Paskah Yahudi setiap tahun, dan sampai hari ini, orang-orang Yahudi dengan setia berkumpul untuk perjamuan makan suci pada hari ke-14 bulan pertama, bulan Nisan Kel. 12. Pada perjamuan makan itu, meja akan dihiasi dengan elemen-elemen dan makanan khusus, yang semuanya berperan untuk mengingatkan—secara harfiah, mencicipi—pengalaman malam yang penting itu dan persinggahan berikutnya sebelum melewati ganasnya gurun Sinai. Demikianlah umat Israel seterusnya mengenang kembali akan daging dan darah anak domba yang menandai—dan menyelamatkan—semua anak Abraham, Ishak, dan Yakub pada malam tergelap dalam catatan sejarah Mesir tersebut. Selama ritual Seder Paskah tahunan, orang-orang Yahudi menghidupi dan menghadapi sekali lagi kesusahan dalam perbudakan, air mata keputusasaan, dan bahkan tangisan orang Mesir. Akan tetapi orang-orang Yahudi juga memperingati kemenangan atas pembebasan dari perbudakan, kegembiraan atas awal yang baru, misteri kuasa dan kasih Tuhan, dan pengharapan bahwa suatu hari nanti mereka akan membangun rumah yang layak di Tanah Perjanjian. Seperti yang dijelaskan keempat Injil, Paskah Yahudi berfungsi sebagai latar belakang masuknya Yesus ke Yerusalem, perjamuan terakhir-Nya dengan para murid-Nya, dan kematian serta kebangkitan-Nya. Konstantinus di Konsili Nicea memutuskan untuk memisahkan Paskah Yahudi dari Paskah Kristen. Ini merupakan sebuah keputusan yang menggerakkan proses panjang penghapusan akar budaya Yahudi dari Pekan Suci. Untuk menekankan dan menemukan kembali kekayaan hubungan yang mendasar ini, yang diperlukan bukanlah sekadar memunculkan kembali kaitan antara Paskah Yahudi dan Paskah Kristen, melainkan juga perlu memasukkan Yom Kippur ke dalam pemahaman kita tentang Pekan Suci. Dalam pemikiran Rosenzweig, serta dalam tradisi Yahudi pada umumnya, sebuah tallit—selendang doa Yahudi yang ikonik—adalah simbol dari sebuah kittel. Secara tradisional, tallit juga berwarna putih, dan umumnya hanya dipakai di siang hari, terkecuali pada malam Yom Kippur, selendang ini dikenakan setelah matahari terbenam. Bahkan, sudah menjadi tradisi untuk memakainya sepanjang hari selama Yom Kippur. Banyak pria Yahudi tidak memiliki atau memakai tallit sampai setelah mereka menikah, dan sudah merupakan tradisi bagi pengantin wanita untuk memberikan tallit daripada kittel kepada pengantin pria pada hari pernikahan mereka. Tunangan saya, Yonah, memegang tradisi ini. Dan sebelum kembali ke Amerika untuk pernikahan kami, kami pergi ke mal Ramot di luar Yerusalem dan memilih tallit yang indah untuk saya berikan kepadanya sebagai bagian dari upacara pernikahan kami. “Oleh karena itu, kita seharusnya tidak memiliki kesamaan dengan orang-orang Yahudi, karena Juruselamat telah menunjukkan kepada kita cara yang lain,” demikianlah Konstantinus menegaskan di Konsili Nicea. “Dalam perayaan yang paling suci dari semua festival, sungguh sangatlah tidak pantas untuk mengikuti perhitungan orang-orang Yahudi, yang telah mengotori tangan mereka dengan kejahatan yang paling menakutkan, dan yang pikirannya telah dibutakan.” Momen dalam kehidupan gereja yang demikian dikenal sebagai kontroversi Quartodeciman, karena masalah yang dihadapi adalah perayaan Paskah orang Yahudi pada hari ke-14 quarta decima dalam bahasa Latin bulan Nisan. Kaum Quartodeciman adalah mereka yang menyukai perhitungan Paskah sesuai dengan perayaan Paskah komunitas Yahudi. Dahulu hal ini sangat dipegang teguh, karena pada dasarnya ini mengikatkan kalender Kristen ke kalender Yahudi. Namun keterikatan itu menjadi tidak dapat ditoleransi oleh gereja, karena itu gereja berusaha melepaskan diri dari Yudaisme, dan Konsili Nicea memperkuat pemisahan ini. Yang hilang dalam keputusan ini adalah hubungan intensional yang dibuat dengan sangat jelas di dalam Injil. Makna dan signifikansi Pekan Suci hanya dapat dipahami sepenuhnya jika kita melihat sejarah Israel seraya kita menjalaninya. Kematian dan kebangkitan Mesias dipersiapkan polanya setelah umat Israel keluar dari Mesir, yang menjadi momen terbentuknya orang-orang Yahudi. Pada momen penting dari pendirian gereja ini, dengan pencangkokannya ke dalam kovenan abadi Israel dengan Allah, Yesus menjadi Anak Domba Paskah yang oleh darah-Nya umat Allah diampuni. Seperti yang kita lihat di bidang-bidang lain, teologi Kristen sering kali berusaha menguraikan dengan rapi unsur-unsur yang oleh teologi Yahudi dibiarkan nyaman dalam ketegangan. Kontras ini juga disorot dalam perbedaan yang mungkin terjadi antara Paskah Yahudi dan Paskah Kristen. Bagi gereja, Jumat Agung diperuntukkan bagi kematian, sedangkan hari Minggu ditetapkan sebagai perayaan kebangkitan hidup. Pengaturan ibadah temporal ini dapat berakhir dengan kesimpulan bercabang dua antara kehidupan dan kematian, sehingga memunculkan pernyataan yang berani dan dualistik bahwa, pada hari Minggu, kematian tidak lagi menjadi kekuatan yang perlu kita perhitungkan sama sekali. Kita diberitahu untuk berpegang teguh pada kehidupan dan melupakan kuasa maut, karena Yesus meninggalkan kematian sekali untuk selamanya di dalam kubur-Nya yang kosong. Dan sengat maut pun dapat dipindahkan kepada orang-orang di luar tembok gereja. Pesan ini sangat membingungkan dan pada akhirnya, tidak manusiawi. Seperti yang telah dialami oleh sebagian besar kita, kenyataan hidup jauh berbeda dari pernyataan sederhana bahwa kematian/maut telah ditaklukkan oleh kebangkitan. Maut, dalam segala bentuknya yang berbahaya, masih menyelimuti kehidupan kita sehari-hari. Bahkan setelah kebangkitan Yesus yang mulia, kita terus bergumul dengan dimensi kemanusiaan kita yang menggelisahkan trauma yang kita hidupkan kembali, kehilangan yang kita tanggung, kekecewaan yang kita kumpulkan, kecemasan yang melumpuhkan kita. Dan sayangnya, gereja bisa salah mengirim pesan terselubung bahwa apabila kita terganggu oleh pergumulan yang nyata ini, entah bagaimana hal itu menandakan bahwa kita kurang beriman atau salah memahami inti pesan dari kekristenan. Pada sisi lain, Paskah Yahudi merangkul jalinan yang rumit antara kehidupan dan kematian; bahkan, Paskah Yahudi menggambarkan kehidupan dan kematian sebagai kekuatan yang saling terjalin dan konvergen. Sementara kehidupan pada akhirnya menang dalam narasi Israel, namun tradisi Yahudi mengingatkan kita bahwa tidak mungkin untuk memisahkan kehidupan yang kita alami dari ingatan kita akan kematian secara individu atau kolektif. Pada meja Paskah Yahudi, kami mengingat kematian seekor anak domba yang darahnya menyelamatkan hidup kami. Kami bersyukur atas karunia kemerdekaan bahkan seperti rempah-rempah yang pahit mengingatkan kami pada pahitnya perbudakan. Kami bersukacita meninggalkan Mesir walaupun kami juga ingat bahwa Tanah Perjanjian masih belum menjadi rumah kami. Dan, luar biasanya, kami bahkan mengurangi kegembiraan kami dan mengingat penderitaan orang Mesir dengan menghapus tetesan anggur, minuman yang melambangkan kegembiraan, dari gelas kami. Meski demikian, konfrontasi Yudaisme yang paling berani terhadap kematian, terjadi pada hari lain yang dinantikan dalam kisah Paskah Yahudi Yom Kippur. Pada peringatan Yom Kippur, orang-orang Yahudi berdiri di hadapan Tuhan dalam pergolakan akan kematian, mengenakan jubah kedukaan namun diberkahi dengan keberanian untuk percaya bahwa Tuhan hadir dan dapat dijangkau bahkan dari dalam kubur sekalipun. Seperti halnya Paskah Yahudi, tidak ada kehidupan yang terpisah dari kematian pada hari Yom Kippur. Bahkan kehidupan, ternyata, tidak memberi kita kemampuan untuk melupakan kematian. Keduanya berdiri bersama dalam paradoks yang mustahil, dan kita berjalan keluar dari realitas keduanya seraya kita menantikan penebusan yang final. Paskah Yahudi dan Yom Kippur mengingatkan bahwa kita tidak dapat memisahkan atau mengatur kehidupan dan kematian dengan rapi atau secara kronologis. Paskah Yahudi dan Yom Kippur mengingatkan bahwa kita tidak dapat memisahkan atau mengatur kehidupan dan kematian dengan rapi atau secara kronologis. Sayangnya, untuk saat ini, kita harus duduk di dalam ketegangan antara keduanya—dan inilah tepatnya tempat kita menemukan kepenuhan kasih Allah di dalam Kristus, Anak Domba Paskah kita yang darah-Nya menebus segala dosa kita. Ironisnya, interpretasi tersembunyi yang menerangi ibadah Kristen pada Paskah dapat menghapus konteks yang memampukan kita untuk sepenuhnya memahami makna kematian dan kebangkitan Yesus. Dengan memakai Yudaisme sebagai pembungkusnya, tradisi Kristen terlalu sering mengaburkan kesatuan dan koherensi narasi alkitabiah, di mana kovenan Allah dengan Israel merupakan konteks yang diperlukan untuk memahami karya Yesus dan terbentuknya gereja. Dari sudut ini, bukit Kalvari mulai terlihat lebih mirip dengan gunung Sinai. Tabir yang robek mengingatkan kita pada loh-loh yang pecah di gunung Sinai. Kematian Yesus mengingatkan akan pengorbanan pada hari Yom Kippur. Misteri Sabtu Suci mencerminkan syafaat Musa di atas Sinai. Dan kebangkitan Yesus mewujud-nyata menjadi sebuah kovenan yang diperbarui sekali lagi—yang merupakan sebuah pernyataan tentang keabadian kasih Allah yang tak berkesudahan, pertama kepada orang Yahudi dan kemudian kepada orang bukan Yahudi Rm. 116. Dengan pendekatan dari perspektif ini, maka pernyataan yang penuh sukacita bahwa “Kristus telah bangkit!” memberikan makna baru yang sangat mendalam bagi kita. Bagaimanapun juga, Juruselamat dunia adalah Mesias Israel yang telah lama ditunggu-tunggu. Esai ini diadaptasi dari Finding Messiah karya Jennifer M. Rosner. Hak Cipta © 2022 oleh Jennifer Rosner. Diterbitkan oleh InterVarsity Press, Downers Grove, IL. Michael Stone juga berkontribusi pada esai ini. Diterjemahkan oleh David Alexander Aden -[ This article is also available in English, español, and Português. See all of our Indonesian Bahasa Indonesia coverage. ]
Kematian adalah sesuatu yang berat untu dihadapi. Hingga banyak kepercayaan yang menyatakan bahwa 40 hari setelah meninggal, ruh seseorang masih berada di merupakan perpindahan dari alam dunia ke alam akhirat. Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai keyakinan bahwa ruh orang yang meninggal masih berada di sekitar keluarganya selama 40 hari?Baca Juga 3 Jenis Kematian Mendadak pada Bayi dan Cara MencegahnyaKeterangan Mengenai 40 Hari setelah MeninggalFoto Foto Orami Photo StockDalam studi Semantiks diketahui bahwa untuk masyarakat Indonesia, kematian dipahami melalui beberapa konsep seperti istirahat, kematian, perjalanan yang terbagi menjadi kepergian, perpisahan, dan ini mengindikasikan bahwa pemahaman terhadap kematian memiliki struktur konseptual dasar, yaitu kematian adalah kematian yang merupakan proses perpisahan antara ruh dan jasad yang pasti akan menimpa seluruh makhluk yang hari setelah orang meninggal tidaklah berada di rumah seperti yang kebanyakan orang percaya. Tidak ada keterangan atau nash yang ditemukan menyatakan hal jika berada di rumah, itu artinya ruh seseorang masih berurusan dengan hal-hal dunia yang tidak dinyatakan oleh nash Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya al-Ruh disebutkan bahwa ada beberapa opini tentang arwah atau ruh sesudah meninggal sampai hari kiamat datang itu ada di banyaknya opini tersebut, tidak ada sama sekali diterangkan bahwa arwah-arwah akan Juga 4 Nasihat Kematian dari Rasulullah SAW yang Bisa Jadi Bahan RenunganUntuk arwah orang-orang yang beriman, mereka akan merasakan ketentraman di alam barzakh yang luas yang penuh dengan kenikmatan dan rezeki yang melimpah di dalamnya. Allah SWT berfirmanوَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًاWa lā taqfu mā laisa laka bihī 'ilm, innas-sam'a wal-baṣara wal-fu`āda kullu ulā`ika kāna 'an-hu mas`ụlāArtinya “Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertanggung jawabannya.” QS Al-Isra’ 36Setelah membaca keterangan tersebut, di dalamnya dapat disimpulkan bahwa ruh akan berada di alam barzah atau alam untuk waktunya akan sangat lama, sampai datangnya hari kiamat dengan ditandai oleh bunyi sangkakala yang ditiup oleh malaikat karena alam dunia dan alam kubur berbeda, ruh tidak dapat melihat manusia. Ini juga karena tidak ada dalil yang gaib harus disertai dengan dalil, karena hanya Allah SWT saja yang mengetahuinya dan manusia wajib Juga 11 Hadits dan Ayat Alquran tentang Kematian untuk jadi PengingatPerjalanan Ruh setelah KematianFoto Arti Ibu Meninggal Sebagai Pertanda Buruk Foto Orami Photo StockRuh merupakan unsur non materi yang ada dalam jasad yang diciptakan oleh Allah SWT. Namun, bagaimana kondisi ruh seseorang setelah meninggal dunia?Tidak ada seorang pun yang boleh menyandarkan kabar mengenai hal gaib kecuali berdasarkan Alquran dan hadis yang mengenai ruh sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW dan para sahabat nabi. Oleh karena itu, para nabi diperintahkan oleh Allah SWT untuk menjawabقُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْQulir-rụḥu min amri rabbiArtinya “Ruh itu adalah urusan Rabb-ku.” QS Al-Israa 85Menjelang wafatnya nabi, Allah SWT memperlihatkan pahala yang berlimpah dan ganjaran besar yang akan mereka dapatkan di sisi-Nya di SWT juga memberikan pilihan kepada mereka apakah ingin tetap di dunia atau pindah ke tempat yang sangat mulia. Tidak diragukan lagi bahwa nabi memilih ke tempat yang abadi yakni hadis riwayat Bukhari, Aisyah berkata ketika malaikat pencabut nyawa datang kepada Rasulullah SAW sementara kepala beliau di pangkuannya, maka Rasulullah SAW pingsan beberapa tak lama kemudian ia sadar kembali, lalu beliau menatap ke atas langit-langit rumah sambil mengucapkan Ya Allah pertemukanlah aku dengan teman-teman yang paling mulia’.Baca Juga Syarat dan Cara Mengurus Akta Kematian, Bisa Pakai Aplikasi Online!Aisyah berkata, dengan demikian Rasulullah SAW tidak memilih untuk hidup lebih lama lagi bersama kami. “Saya ingat yang pernah beliau sampaikan kepada kami ketika masih sehat, itulah kata-kata terakhir yang beliau ucapkan.”Saat malaikat pencabut nyawa atau malaikat Izrail mencabut ruh seseorang, maka tidak ada sekejap matapun ruh tersebut ruh tersebut langsung dipegang oleh dua malaikat yang akan mengantarkannya ke langit. Bagi muslim yang saleh dan taat kepada Allah SWT, sebelum diantar di langit ia dibalut dengan kain kafan dari surga dan diberi wangi-wangian dari surga yang wanginya melebihi minyak malaikat penjaga pintu langit membuka pintu-pintu langit untuknya sambil berkata Ruh siapa yang wangi dan harum ini? Malaikat pengantar ruh mengatakan Fulan bin Fulan dengan nama terbaik yang diperolehnya di malaikat di langit dan bumi berdoa agar rahmat baginya dan agar ruh tersebut naik melalui arah mereka. Lalu tiap malaikat di setiap langit turut mengantarkannya sampai langit ke tujuh untuk bertemu dengan Allah SWT. Para malaikat mengantarkannya sebagai bentuk kehormatan atau dibawa ke langit, maka langsung dibawa lagi ke jasadnya lalu di kuburkan, setelah di kubur maka datang malaikat penjaga kubur menanyakan beberapa pertanyaan di alam beriman bisa menjawab semua pertanyaan tersebut, dan diperlihatkanlah neraka dan orang ini langsung ketakutan, lalu malaikat berkata berbahagialah karena telah diselamatkan dari diperlihatkan surga, maka orang ini bahagia dan ingin segera menuju surga. Maka kubur tersebut di luaskan, dan orang ini berada di alam kubur atau barzah sampai kiamat Juga Kenali Gejala Thanatophobia, Rasa Takut Berlebih akan KematianAdapun ruh yang buruk dari hamba yang tidak saleh, setelah dicabut ruhnya lalu ia dibalut dengan kain kafan dan diberi wewangian dari neraka sehingga keluar darinya bau yang sangat busuk dan sangat tidak disukai maikat yang di langit melaknatnya ketika ia dicabut, pintu-pintu langit ditutup tidak dibuka untuknya, setiap malaikat berdoa agar ruhnya tidak naik ke arah dan ruh tadi melewati sekelompok malaikat yang bertanya ruh siapa yang sangat bau busuk ini? Malaikat pembawa ruh menjawab Fulan bin Fulan dengan nama terburuk yang digunakan di penjaga pintu tetap tidak membukakan pintu langit. Dalam Alquran Allah SWT berfirmanاِنَّ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَاسْتَكْبَرُوْا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ اَبْوَابُ السَّمَاۤءِ وَلَا يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ حَتّٰى يَلِجَ الْجَمَلُ فِيْ سَمِّ الْخِيَاطِ ۗInnallażīna każżabụ bi`āyātinā wastakbarụ 'an-hā lā tufattaḥu lahum abwābus-samā`i wa lā yadkhulụnal-jannata ḥattā yalijal-jamalu fī sammil-khiyāṭ…Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak pula mereka masuk surga, hingga onta masuk ke lubang jarum.” QS Al-A’raf 40.Demikian penjelasan mengenai 40 hari setelah meninggal. Semoga dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, hingga terus menjalanakan amalan saleh sepanjang hidup.
khotbah 40 hari setelah kematian